Tampilkan postingan dengan label PESISIR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PESISIR. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Desember 2011

PERMASALAHAN PESISIR

Permasalahan pesisir saat ini bukan hal yang baru lagi....realitanya disebabkan atas 3 faktor yaitu :
  • 1. Faktor Kultural, berupa 'kebiasaan' dan sesuatu nilai-nilai yang telah turun temurun dalam memandang laut sebagai mata pencahariannya bahwa Laut bisa dikelola oleh siapa saja, karena laut memiliki potensi bagi semua masayarakat, masih ada hari esok untuk dicari...., maka nilai eksploitasi besar-besaran pemanfaatan laut tak dapat dibendung. seterusnya "kebiasaan berleha-leha yang berujung pada gaya hidup boros", dapat hari ini dihabiskan hari ini, karena mereka memandang besok masih bisa diperoleh.
  • 2. Faktor Ekologi. Laut memiliki sumber kekayaan yang luar biasa, memiliki segumpal misteri yang masih ada belum terpecahkan, sehingga beratus-ratus, bahkan beribu-ribu biota-biota tersimpan di perairan laut yang dangkal, maupun laut dalam. Biota-biota ini tumbuh dan berkembang di dukung oleh adanya terumbu karang, tingkat salinitas yang tinggi, hutan mangrove, yang secara ekologi memiliki manfaat penting bagi keberadaan ikan di masa yang akan datang. Permasalahanya adalah...tekanan eksploitasi besar-besaran tadi yang dilakoni oleh para stakeholders memberikan dampak pada penurunan Jumlah Kuantitatif pertumbuhan ikan dan Kualitatif keanekaragaman biota laut yang semakin lama semakin terkuras.kejadian ini terjadi bisa disebabkan karena alat penangkapan, revolusi teknologi penangkapan, membumihanguskan biodervisity dan kandungan unsur-unsur laut.
  • 3. Faktor Struktural, adanya pola penangkapan secara terkait satu sama lain yang tidak di dukung oleh pengawasan dan adanya aturan-aturan lokal maupun nasional dalam menaungi keberadaan biodervisity laut, serta nelayan tradisional dalam kancah kelembagaan terstruktur. Kita kethui bersama, Pola penangkapan melibtkan jaringan social di antara mereka, yang berupa patron - klien, adalah kelembagaan yang lahir dari dominannya peranan toke dalam pemanfaatan laut di bandingkan hubungan sinergis antara nelayan dan pemrintah. Hubungan ini tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, dominasi pengusaha (Cina) memiliki jaringan yang kuat scara lokal, nasional, maupun jaringan tersebut meluas sampai ke mancanegara. Hubungan ini terkadang merambat dalam segala aktifitas nelayan tradisional...bukan hanya hubungan dalam bisnis ikan, tetapi peran toke mampu memberikan hubungan ketergantungan pada situasi lain. Misalnya dalam perkawinan, dalam perobatan, dalam bantuan modal, melahirkan ketergantungan di antara mereka. Lalu dimana peranan Pemerintah? Pemerintah hanya melakoni sebagai 'tuan takur' mengutip retribusi bagi nelayan pengusaha....habis bulan gaji keluar, patroli diadakan asal-asal, dsb nya.... sehingga keberadaan struktural nelayan tak berdaya. Ada bantuan di berikan Pemerintah, namuun tidak berjalan dengan baik, tidak tepat sasaran, sehingga cenderung asal - asal hanya menghabiskan "proyek" pemerintah. terkadang nelayan tradisional mau mengajukan proposal bantuan, dipersulit. Ada pemberdayaan yang dilakukan pemerintah, habis proyek habis sudah hubungan dengan nelayan, hanya sekedar ambil dokumentasi kemudian di laporkan tak ada keberlanjutan. Sehingga tekanan seperti ini kekuatan nelayan tradisional berpangku kepada Toke sebagai pelakon yang menguntungkan bagi mereka...menguntungkan dalam arti toke lebih membumi di antara serpihan-serpihan kehidupan nelayan, diantara realita hidup nelayn, padahal sebetulnya dalam kacamata kita mereka sudah masuk dalam "Lingkaran Setan". Jadi jelas struktural, ekologi, kultural semuanya saling terkait dalam eksistensi kemiskinan dan permasalahan Pesisir.